Singapura masih kekurangan sekitar 60.000 kelahiran bayi setiap tahun yang di perlukan untuk menggatikan jumlah generasi secara alamiah. Demikian di seperti yang di beritakan Yahoo Singapore pada headline hari ini. – Boleh juga tuh ikut andil memproduksi anak di Singapura. Siapa yang mau?
Laporan yang di keluarkan oleh Departemen Statistik menunjukkan 39.935 bayi yang lahir pada 2008, dan secara margin sebetulnya ada kenaikan disbanding tahun sebelumnya. – Berarti dulu lebih parah lagi ya? Sekarang dah mendingan, mungkin juga warga udah sadar, akan pentingnya menambah jumlah anak.
Ini merupakan angka tertinggi sejak kelahiran tahun 2002, ketika terdapat 40.760 bayi lahir, tetapi masih kurang akan jumlah penduduk yang diperlukan untuk agar tetap stabil tanpa tindakan seperti peningkatan imigrasi atau pendatang dari luar negeri. – Tapi kalo nggak dib ant sama orang luar yang ikut “ANDIL” ya nggak nambah2 jumlah penduduknya?
Singapura membutuhkan tingkat kesuburan 2,1 bayi per wanita sehingga dapat menggantikan populasi secara alami, seperti yang di katakana pemerintah. – Ya di genepin jadi 3 bayi gitu.
Pemerintah telah menerapkan beberapa tindakan, termasuk insentif keuangan untuk mendorong warganya untuk menikah dan memproduksi lebih banyak bayi, tetapi kelihatanya telah gagal untuk mendapatkan dampak hasil yang signifikan.
Perdana Menteri Lee Hsien Loong tahun lalu sempat berrencana untuk memberikan dana bernilai lebih dari S $ 700 juta untuk para wanita untuk memperpanjang masa cutinya tapi tetap dibayar.
Singapura memiliki populasi sebesar 4,84 juta pada 2008, termasuk sekitar satu juta orang asing yang bekerja di negara dan keluarganya.
Kenapa sih kok bisa kekurangan bayi lahir? Kalo saya boleh bilang ya, hal utama untuk tidak mau punya bayi/anak adalah biaya hidup yang cukup tinggi di sini. Saya juga sempat iseng-iseng Tanya sama orang local di sini, tentang tidak maunya punya lebih banyak bayi? Dan banyak dari mereka yang “KAWIN TUA” maksud disini berumah tangganya telat yaitu di atas 30an. Kadang saya melihat orang tuanya udah tua, anaknya masih kecil-kecil.
Tapi sebagai dari mereka ada yang tidak memperdulikan jumlah kelahiran. Kadang masih anak-anak, anaknya udah 3 bahkan ada yang sampe 4 orang. Tapi cuek aja, kelihatanya mereka juga tidak ambil pusing. Kayaknya mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi seperti srpiral dan kondom atau suntik dan pil. Gitu-gitu amat juga repotkankan? Jadi mungkin harus diatur waktu kelahiran bayi agar bisa lebih mantap dalam menjalankan hidup.
Berbeda sekali dengan keadaan di Indonesia ya...di sini bisa dibilang jumlah kelahiran bayi masih berlebihan...
ReplyDelete